Mungkin ada saatnya tangisku akan pecah.
Ketika sesal menjelma menjadi kau dan memelukku.
Entah dari mana.
Entah kapan.
Kelak akan kukais serpihan dinding yang mengukir kisah kita.
Di tempat yang tak pernah orang-orang tau.
Bagian dunia yang mulai kau tinggalkan tanpa keraguan.
Jalan setapak yang tak lagi meninggalkan jejak kita di sana,
tapi semilir angin datang memberi isyarat padaku.
Kau tak lagi di tempatmu biasa menunggu, katanya.
Membiaskan bayang beribu rupa yang harus kucari satu persatu, nantinya.
Apakah hukum alam memang begitu?
Merobohkan yang tadinya terlihat kokoh.
Meleburkan apa yang menjadi keyakinan.
Jiwa mungkin tak dapat terobati oleh rintihku, dan haruskah kusadari ini sejak awal?
Lalu mengizinkan keadaan lebih berperan kali ini.
Mungkin saja iya benar.
Mungkin nanti.
Mungkin juga tidak.
SA
No comments:
Post a Comment