Sunday, April 13, 2014

Konversi

Katamu tak ada alasan untuk sebuah cinta, seperti yang ku tau, kau dan yang lainnya.

Hari itu aku tak bermimpi apapun, bukan tak ada, namun bukan kau tepatnya. Kau bukan tokoh mimpi yang kutemu ditengah lelapku biasanya. Kau bukan teman imajinasi saat tiba gairahku untuk sekedar ciptakan masa depan penuh suka. Dan kau bukan pula sosok didalam fantasiku yang tanpa ragu membawa setumpuk harapan lugu. Mengumpulkan teguh berani. Mengungkapkan segala rasa.

Sejak hadirku di tempat itu, burat senyum tak pernah basi kau suguhkan meski hanya tersirat. Aku memang ragu. Nyatakah yang kau sebut dengan cinta ini? Atau hanya salah pahammu pada cinta yang kau reka. Cinta yang mengikis siapapun yang memilih diam. Memaksa untuk mengikuti bisik hati tanpa kecuali. Seperti halnya rasa yang kau yakini saat itu. Dan kau memilih jujur. Kejujuran yang sesaat mulai menyudutkanmu. Kau mulai bertanya sembari menyisipkan asa  yang kau gantung setinggi-tingginya. Dan cukuplah dengan aku menjawab pertanyaanmu. Lagi-lagi meragu.

Satu menit di waktu itu, masih bisa ku tangkap optimismu penuh nafsu, hingga beralih kemenit berikutnya. Dimana semesta berotasi. Realitas berubah. Sebuah kesadaran muncul ke permukaan. Kau telah kupecundangi. Memberikan kesempatan pada ribuan hal lain untuk dilirik. Sadarmu bahwa rasa kita tak sama.  Jawabanku yang seketika membuatmu pupus. Yang mungkin akan membenciku hingga muak. Menyesali khilaf karena membela egoismu. Menebar racun untukmu sendiri.

Sayangnya. Kukira aku  telah  melakukan hal yang paling bijaksana. Layaknya banyak orang berkata jika yang terbaik adalah isi hati kita. Ya, aku melakukannya. Mengempasmu pada bagian terdalam. Hanya mematuhi kata hati yang kuyakini. Membuatmu mati rasa. Membuat urat2 bibirmu kaku dengan sendirinya.

Mungkin kini kau tak berani menoleh ke belakang. Takut untuk bertemu pecundangmu, takut menghitung ribuan kata yang kau buang sia-sia. Namun bayangmu  masih membekas di sisi lain pikiranku sekarang. Entah berapa juta kali mereka membelah diri. Hingga penuh otakku tak terkendali.

1 bulan. Bisa kah kau menghitung berapa banyak waktu berlalu? Tiga puluh hari dikali dua puluh empat. Kalikan enam puluh. Kalikan enam puluh. Kalikan enam puluh: 155.520.000. Percayalah bahwa kau akan temukan angka itu. Milisekon sejak kutinggalkan kau di sana. Milisekon saat kusadari aku tak henti memikirkanmu. Menciptakan konversi waktu. Ratusan juta yang akan lebih menakjubkan jika kutarik hingga skala nano. Bagaimana dengan angkamu? Kujamin itu pasti lebih fantastis. Menghitung perasaanmu secara matematis tak mampu untuk kubayangkan jumlahnya. Percayalah. Aku hanya ragu. Ragu jika ini salahmu dalam menganalisis rasa. Ragu jika kau tak pahami apa itu arti 'kita'. Ragu yakini teorimu bahwa tak ada alasan untuk cinta. Dan aku ragu untuk menyadari bahwa kau ada dalam konversi zona waktuku sejak lama.