Saturday, January 3, 2015

Hujan Kemarin

Di tempat ini, sayang, kisah kita dimulai
Merelakan kesombongan alam menguji kita
Menyisipkan lipatan kisah yang sudah-sudah

Hujan kemarin..
Mengapa ia datang bersama kabut?
Hujan yang membuatmu bertahan di sini
Namun kabut mengharuskan kakimu melangkah dengan pasti

Hujan kemarin...
Apakah membuatmu takut?
Karena seharusnya ia mencipta pelangi, bukan mengundang badai

Hujan kemarin...
Apakah membuatmu bosan?
Sejak detik-detik yang berganti pada arlogi, lebih menarik perhatianmu
Yang barangkali menekan untuk pergi bersama waktu, bersama keputusan

Hujan kemarin...
Melarutkan angan kita bersama genangan
Satu dari kisah yang terbuang

Namun bagiku,  tak pernah ada yang salah.
Pertemuan kita di ruang hampa yang tak sengaja
Lebih-lebih hanya semesta yang belum mengerti
Hanya rasa yang perlu dikenali

Di hujan kemarin,
Aku meminta pada Tuhan
Memohon kiranya  memberikan kita kesempatan, menjatuhkan hujan di esok hari kemudian

SA

Thursday, January 1, 2015

Mungkin Nanti

Mungkin ada saatnya tangisku akan pecah.
Ketika sesal menjelma menjadi kau dan memelukku.
Entah dari mana.
Entah kapan.

Kelak akan kukais serpihan dinding yang mengukir kisah kita.
Di tempat yang tak pernah orang-orang tau.
Bagian dunia yang mulai kau tinggalkan tanpa keraguan.
Jalan setapak yang tak lagi meninggalkan jejak kita di sana,
tapi semilir angin datang memberi isyarat padaku.

Kau tak lagi di tempatmu biasa menunggu, katanya.
Membiaskan bayang beribu rupa yang harus kucari satu persatu, nantinya.

Apakah hukum alam memang begitu?
Merobohkan yang tadinya terlihat kokoh.
Meleburkan apa yang menjadi keyakinan.
Jiwa mungkin tak dapat terobati oleh rintihku, dan haruskah kusadari ini sejak awal?
Lalu mengizinkan keadaan lebih berperan kali ini.

Mungkin saja iya benar.

Mungkin nanti.

Mungkin juga tidak.

SA

Wednesday, December 31, 2014